Ragil Suwarno Pragolapati
Ragil Suwarno Pragolapati dan putrinya Ririn Pranabuwani Khudiiswari (Foto: Jayadi Kastari) |
Kau-aku tuntas melewatkan pagi-sore dibuncah kepenatan
Siang-malam kebersamaan pun padat cerita dan kenangan
Kau-aku banyak belajar dari kerja, omongan atau diam
Aneh! Sempat juga hati berbunga dan pikiran mekar
Asyik! Banyak imbal-beri manfaat, tahu fungsinya belajar
Kau-aku remaja kembali, sesekali jadi seperti bocah kecil
Telanjang tanpa cadar dan topeng, hilang malu dan minder
Kau-aku tahu tidaklah menarik lagi 1.001 kehebatan diri
Sebaliknya 1.000.000 kelemahan orang tidak selalu jelek
Ajaib! Kasih-sayang sejati tumbuh dari hal-ihwal naïf
Kau-aku menunggal dalam sebuah dunia, di sini, kemarin
Kita suntuk belajar tanpa pandang usia, guru dan murid
Kau-aku tahu, tugas kita seumur hayat: mendidik pribadi
Kok ajaib, hancurlah congkak dan kikuk, risi dan minder
Karena kasih! Hidup ini penuh arti, dalam cinta ugahari
Kau-aku diprogram jadual dan waktu, semua kini berlalu
Di sini, berakhir seluruhnya, biarpun belum puas tuntas
Kau-aku wajib pulang pada jagad kehidupan masing-masing
Kembali pada rutin. Pulang ke rumah tangga kita sendiri
Kini, di sini, pamitku padamu adalah memutus pilu-pedih
Kau-aku dipertemukan Tuhan, segera kembali berjauhan
”Tidak ada selamat berpisah!” kataku meredam perasaan
“Sampai jumpa kembali!” bisikmu dengan senyum getir
Kau-aku wajib pulang, tidak mengkhianati rumah pribadi
Pamitku padamu adalah beribu memori, abadi dalam nurani
Jakarta 1986, Jember 1987, Klaten 1988
MEMBACA KORAN TEMPEL
Hari-hari memberikan kabar monoton. Isi
mirip beda judul
Advertensi pun menerkam semua kolom
besar, over membius
“Gadis diperkosa!” teriak seorang bocah,
jemu dan kecal
Kau pun menekur. Mahkota perawan dikoyak
di kolam sudut
Brahmacorah seksualita jadi siluman di
desa-desa dan kota
Hakim, KUHP dan palu pengadilan
menabukan opini kecewa
Hukum suka melecehkan kesucian perawan
pada vonis ringan
“Hakim itu dilahirkan dari rahim
wanita!” gerutumu marah
“Jika memvonis pemerkosa, bayangkan
ibunyalah korbannya!”
Esok, esok, dan esoknya lagi, kabar
serupa muncul kembali
Di halaman dua, ada vonis hakim. Ringan!
Dicemooh publik
Di halaman muka, ada “Seminar Keadilan
Hukum” jadi proyek
Jagran, 1988
SANG
BRAHMANCARI
Yogya mengirim gerimis pagi bagimu di
serambi masjid
Sendumu menyisa pada asap rokok,
mengepulkan fantasi
Nasib nglangut. Mandi tidak perlu,
berkumur pun cukup
Kambuhan penyakit 1968-1971. kau terbius
dingin sudut
Ke timur, membayang Sala. Ke barat,
takutkan Purwareja
Menundukmu risaukan Ampel dan Ungaran,
baladamu deksura
“Aku grehasta! Punya istri dan anak!”
bisikmu menyesal
“Tetapi hidupku brahmancari! Sendirian
bagai perjaka!”
Kau pun tengadah. Tuhan dan ayat
mengabur pada mendung
Kau menunduk. Nasibmu ruwet menolak
sesal pangkal-ujung
Nah, kau berbenah. Kembali mengembarai
rimba raya Yogya
Meredam lapar-dahaga. Mengejami diri
malang papa nestapa
Kauman, 1988
RAGIL SUWARNO PPAGOLAPATI, lahir di Pati, 22 Januari 1948. Bersama Umbu Landu ,
Imam Budhi Santosa, dan Teguh Ranusastra Asmara mendirikan Persada Studi Klub
(PSK) pada tanggal 5 Maret 1969. Karya-karyanya yang berupa puisi, cerpen,
esai, cerita anak dimuat di berbagai media, al: Horison, Basis, Kedaulatan
Rakyat, Eksponen, Minggu Pagi, Pelopor Yogya, Kawanku, Aktuil, Semangat, dll.
Karyanya yang dibukukan: Antologi Alit,
Tiga Bayangan, Bulaksumur Malioboro, Empat
Penyair Yogya, Antologi Free, Titising Kedurakan, Keglandhang Wirang, Melawan
Hantu, Kuda Garang di Bumi Gersang,
Penyair Tiga Generasi, Jalan Berlumpur, Sidharta Gautama, dan Suaka
Diri. Mendapatkan penghargaan atas karyanya dari Menteri Keuangan Radius
Prawiro, juga menerima penghargaan seni dari Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta,
melalui Gubernur Sri Sultan Hamengkuwana X.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar