Entri yang Diunggulkan

INDONESIAN POEM BY BAMBANG DARTO

THE EARLY EVENING When raining the clock is damaged and the sun is dark the day has no wind when the thunder burglarizes chest my he...

Senin, 22 Januari 2018

PUISI-PUISI BAMBANG DARTO

APEL DAN GADIS

Apel merah matang mengeras di dada gadis
mungkin dirabuk pakai kosmetik
kadang nampak lembek
bagai ilham yang sulit menangkap teka-teki

kukunyah dagingnya
dan si gadis pun mengejap bodoh
mengapa ia tak mengumpatku "bangsat"
atau "kau pencuri"
Kenapa ia malah tanya tentang bulan bintang-bintang
yang menggerombol dan berputar-putar di langit tanpa awan!

Tidak!
Aku kehilangan kata yang siap
selain hanya lelucon
Apakah ia suka
itu tergantung kuncinya:
senggama!

Hukum timbalbalik alam memang tak bisa ditolak oleh sembarang orang. Segala sesuatu yang terjadi ada balasan yang kadang di luar dugaan.Itulah kebenaran rahasia misteri yang disampaikan alam dan dibenarkan oleh penyair sufi besar: Jalalludin Rumi. (Status FB Bambang Darto menjelang hari terakhirnya 1, sumber: https://www.facebook.com/badar.bambang?fref=nf&pnref=story)


SORE HARI

Hujan turun di saat jam rusak
dan matahari menggelap
Hari tanpa angin
dan ketika geludug menggedor dada
hatiku luka

Ah, cinta yang tak saling berkabar
separo garam separo air tawar merembes ke akar.
Kapan aku tak melihat daun-daun kuning: berguguran
kapan aku tak terkena racun cinta
yang dipelihara lampu lima watt
untuk akhirnya dijadikan korban!

Tapi ini ungkapan februari tergelap
yang ditinggal mata tercerdas
di mana jalan setapak yang menuju bukit itu berkabut
Lebih ke sana sedikit, hanya kenangan
jauh ke sana lagi, hei mari bangkit lagi
dan bukan penantian seperti ini.

Mataku pun lebih nanar
menatap keseluruhan sore
dan membangunnya kembali di malam hari
sebelum akhirnya benar-benar terjun ke laut
: esok hari


(Status FB Bambang Darto menjelang hari terakhirnya 1,
sumber: 
https://www.facebook.com/badar.bambang?fref=nf&pnref=story)

TERCERAI DARI LAUT

Jika mawar lesi tak memerah kembali
apa yang dibisikkan musim pada matahari
Jika bulan tak muncul dan bintang-bintang tak berhamburan
apa yang dibisikkan musim pada malam

Mawar pun berkata: "kawan tercerai dari kawan
ikan tercerai dari lautnya
di dunia ini mana yang abadi."

Betapa mimpi mengungguli tidur
betapa jalan mengungguli rencana

Adakah seseorang harus menunduk
untuk membayangkan langit!

Saat itu mustinya aku kembali ke laut
mukjizat luas yang mengajariku untuk lebih hidup dan dewasa!


(Status FB Bambang Darto menjelang hari terakhirnya 1,
sumber: 
https://www.facebook.com/badar.bambang?fref=nf&pnref=story)




BAMBANG DARTO, lahir di Nganjuk, 26 Februari 1950. Meninggal di Yogyakarta pada hari Sabtu 20 Januari 2018. Menulis sejak tahun 1972 dan bergabung di Persada Studi Klup (PSK) asuhan pimpinan Umbu Landu Paranggi. Karya-karyanya berupa puisi, esai, dan cerpen. Puisi-puisinya yang tersebar di berbagai media lokal dan pusat. Beberapa puisinya dimuat dalam antologi bersama: Tugu (1986), Tonggak IV (1987), dll. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar