Entri yang Diunggulkan

INDONESIAN POEM BY BAMBANG DARTO

THE EARLY EVENING When raining the clock is damaged and the sun is dark the day has no wind when the thunder burglarizes chest my he...

Senin, 15 Januari 2018

PUISI

Puisi-Puisi: Linus Suryadi AG



BARON

Engkau dengarkah di sini: dentum ombak dan karang
gugusan pantai selatan, tepi jurang-jurang dalam
Horison yang jauh , lengkung langit berawan
membias ke laut, dalam, membiaskan permukaan

Engkau dengarkah di sini: dentum ombak dan karang
menembus sungai perlahan, susut muara tenggelam
Gempuran yang bertahan, angin semesta mengemban
perpaduan kasih, dalam, perpaduan dendam

1974


INSTRUMENTALIA
-untuk Oka Kusumayudha-

Ibarat piano, biola dan drum
Disentuh oleh pemain alam
Itukan suara dalam hatimu ?
Mendadak menjadikan bayang
Instrumen melahirkan Ave Veoum
Membujuk-bujuk kemauanku
Menimbulkan gagasan baru
dalam gairah hidup kekal
kehangatan terus mengalir
mencairkan darah yang beku
Itukah nestapa yang lingsir ?
Terlepas dari belenggu


ELEGI

Pemuda itu memetik gitar
Dunia guramnya sendiri
Udara sekitar gemetar
menjalin ‘Dukamu Abadi’
Seorang gadis telah pergi
ketabrak bis di Purwosari
Seorang pergi, seorang pergi
Bertumpuk surat tak ada arti
Pemuda itu memetik gitar
Dunia guramnya sendiri
Ia berkisah, jelas kudengar
hanya sunyi menabiknya kini


ALIBI

antara ayat-ayat suci
engkau pun mencari
halaman yang hilang
(anak kecil mengejar layang-layang)
kapan cuaca tiba
meredakan gemuruh kedirian
(terompah impian
di sisi kesepian)
adalah sesuatu
derasnya topan
deru rindu
dendam kekecewaan


DARI GUNUNG SION
- prosesi advent

Jika dari gunung Sion
ke jantung kota Jerusalem
arak-arakan yang panjang
pada rangkaian hari Pondok Palem

Bagaikan pergi ziarah
ke kubur-kubur di bukit
dalam gaung-gema nyanyian
menyibak kesunyian batu granit

Para putri ngapu rancang
betapa jauh iringan
betapa terjal jalan
dengan sekelumit doa pengharapan

Jika saja musim balau
dari puing-puing bayang
Kita pun usah mengigau
berlindung di bawah Tiang Berpalang


NOCTURNO

Malam beranjak
dilepas lagu
Tercium segrak
aroma rindu

Dentang-denting
dentang jantung
Arloji nyaring
di rumah suwung

Apa yang samar
di antara kita
Perihal jarak
tak tembus mata?

Tapi lirih
terdengar Talu
Suara kasih
yatim piatu

Bagaikan sekuntum
molek mawar
Mekar harum
tergolek di altar

1983

Suwung: kosong
Talu: Patalon: nama gending karawitan Jawa yang dimainkan sebelum pentas wayang purwa


MIMPI BISMA

“Tak bisakah cari pria lain?” ujar Bisma
Ia pun balik bersandar ke pohon munggur
Angin silir mengipas batinnya yang papa
Resi Talkanda itu terlena. Ia pun tidur

Ada sasmita gaib dibisikkan oleh Narada
Ada prajurit wanita. Ia dandan senapati
Bisma kaget: betapa ia mirip Dewi Amba
Lenggang-lenggoknya tangkas dan merak ati

“O, biang cerewet. Kau datang nagih janji
Lepaskan panah itu. Tepat ke dada kiriku!”
Sambutnya, seolah tidak sabar bersendiri
Alangkah setia bayang kasihnya menunggu

Bisma pun kaget. Ia terbangun dari mimpi
Dan mengucek matanya. Ia ngungun berdiri:
“Ditolak malah tapa. Uh, wanita. Rela mati
Yaya, kapan kusongsong panah Wara Srikandi?”

1983

Merak ati: menawan hati


BETLEKHEM

Di tumpukan jerami di kandang
sapi dan domba, kuldi dan onta
Kudengar jeritan penuh pesona
jeritan purba di jagad lengang

Tangisan adalah suara pertama
suara yang tersua pengembara
Sebentar, pecah tawa gembira
si wajah kembar yang tua pula

Kudengar jerit cenger suara bayi
kudengar segar, polos, dan sunyi
Bergelung-gelung di rongga malam
o, kudengar jerit batinku sendiri

1980


TENTANG LINUS SURYADI AG

Linus Suryadi AG lahir di dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta, pada 3 Maret 1951. Merupakan putra ke 2 dari 10 bersaudara, dari keluarga petani Jawa. Setamat SMA 1 BOPKRI tahun 1970, sempat mengenyam kuliah di ABA jurusan Bahasa dan Sastra Inggris dan IKIP Sanata Darma, namun hanya sebentar untuk kemudian otodidak. Selanjutnya karirnya berkisar di redaktur majalah dan Dewan Kesenian Yogyakarta, terakhir menjadi redaktur majalah kebudayaan Citra Yogya. Kumpulan puisinya: Langit Kelabu (1980), Pengakuan Pariyem (1980), Perkutut Manggung (1986), Rumah Panggung (1988), Kembang Tunjung (1988), Lingga-Yoni (belum terbit), puisi bersetting wayang dan watak dalam Ramayana dan Mahabrata, Yogya Kotaku (belum terbit). Juga menulis beberapa buku esai sastra dan menyunting Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern, sebanyak 4 jilid yang terbit tahun 1987.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar