Refleksi Malam
Jum’at Kliwon:
MENYINGKAP TIGA AJARAN
SEMAR
DI GUNUNG
SRANDIL
SELAIN dikenal
sebagai wilayah penghasil minyak dan ikan, Cilacap dikenal melalui berbagai
tempat wisatanya. Nusa Kambangan, Benteng Pendem, Teluk Penyu, Pantai
Kalimantan, dan Gunung Srandil merupakan tempat-tempat wisata yang sangat
memikat untuk dikunjungi. Terutama, Gunung Srandil. Tempat yang selalu ramai
pada saat malam Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon ini tidak sekadar menjadi
tujuan para wisatawan; namun pula para politikus, seniman, budayawan, dan
spiritualis.
Bagi para spiritualis; Gunung
Srandil yang terletak di Glempang Pasir, Adipala, Cilacap itu merupakan tempat paling
tepat untuk diziarahi sambil mengenal petilasan-petilasan serta melaksanakan
laku nyepi seperti berpuasa atau bermeditasi. Karena tak khayal, tampak
beberapa orang tengah bermeditasi atau berziarah di salah satu titik Gunung
Srandil pada siang hari. Bahkan terdapat beberapa orang yang telah melakukan
ziarah selama berhari-hari.
Petilasan
dan Kaki Semar
Gunung Srandil yang diyakini oleh
banyak orang sebagai Pancering Bumi memiliki banyak petilasan.
Petilasan-petilasan yang dapat disaksikan sewaktu peziarah mengelilingi Gunung
Srandil itu, antara lain: Petilasan Kaki Semar (Kaki Tunggul Sabdajati Daya
Amongraga), Petilasan Syekh Jambu Karang (Dampo Awang atau Sam Po Kong),
Petilasan Mbah Gusti Agung Herucakra (Syekh Baribin), Petilasan Eyang
Sukmajati, Petilasan Eyang Gusti Agung, dan Petilasan Nini Dewi Tunjung
Sekarsari.
Di seputar Gunung Srandil, terdapat pula
beberapa petilasan lain, seperti: Petilasan Eyang Kumalayekti, Petilasan Eyang
Wuruh Galih, Petilasan Argapuyuh, Petilasan Eyang Pakujati, dsb. Sementara di
puncak Gunung Srandil yang diyakini sebagai puncak kahyangan tersebut terlihat
Petilasan Eyang Langlang Buwana dan Eyang Mayangkara. Menurut para spiritualis,
bahwa puncak Gunung Srandil merupakan tempat kadewatannya Kaki Semar.
Namun dari sekian petilasan di
Gunung Srandil, hanya Petilasan Kaki Semar yang paling tersohor di kalangan masyarakat
luar Cilacap. Ini sangat wajar. Mengingat Semar yang dianggap sebagai
Sabdapalon Sang Pamomong Raja-Raja Tanah Jawa itu telah sekian lama dikenal
oleh masyarakat. Bahkan sekalipun hanya tokoh fiktif yang dimitoskan, namun sebagian
masyarakat meyakini keberadaan Semar sebagai leluhur di tanah Jawa. Mereka pun menyimbolkan
bahwa Semar sebagai kawula ajiwa bathara.
Rakyat yang berjiwa dewa.
Karena sebagai kawula ajiwa bathara, Kaki Semar dianggap oleh para peziarah menjadi
leluhur utama di Gunung Srandil. Dengan demikian, setiap ritual yang akan dilakukan
oleh peziarah harus mengikuti petunjuk gaib dari Kaki Semar. Dimana peziarah
akan melakukan ritual dengan mengelilingi Gunung Srandil dengan melawan arah
jarum jam sembari melafalkan kata-kata suci. Ini dimaksudkan agar peziarah
dapat bertemu dan mendapatkan petunjuk dari Pangreh Gaib yang tak lain Tuhan
itu sendiri. Dengan demikian sangat bertentangan dengan ajaran Kaki Semar, bila
berziarah di Gunung Srandil untuk mencari pesugihan atau pemenuhan
tujuan-tujuan sesat lainnya.
Ajaran
Kaki Semar
Sebelum memasuki komplek ziarah
Gunung Srandil, para peziarah biasanya memasuki Padepokan Agung Mandalagiri
yang dibangun oleh Paguyuban Cahya Bawana. Di padepokan itulah, para peziarah
yang merupakan putra-wayah Kaki Semar
berkumpul pada setiap malam Jum’at Kliwon. Tidak ada tujuan yang akan mereka
capai, selain menyimak wewarah luhung (ajaran-ajaran luhur) dari Kaki
Semar.
Selain ajaran-ajaran luhur yang
dapat dicerap oleh putra wayah, sesungguhnya
terdapat tiga ajaran utama di balik simbol Kaki Semar. Pertama, Semar yang menjadi
pamomong Pandhawa itu memiliki makna
simbolis sebagai manusia yang telah mampu mengendalikan panca inderanya. Dengan
mengendalikan panca inderanya, manusia tidak akan mudah terpikat dengan
kemilaunya dunia hingga terperosok ke jurang kesengsaraan.
Kedua, Semar
yang bernama lain Badranaya (Nayantaka) itu memiliki makna simbolis sebagai
manusia yang telah mampu mengendalikan empat nafsunya, yakni: amarah, aluamah,
supiyah, dan mutmainah. Dengan mengendalikan seluruh nafsunya itu, manusia niscaya
berhasil menjalani hidup sebagaimana yang diwejangkan Ranggawarsita melalui
Serat Kalatidha-nya. Di dalam hidup, manusia hendaklah selalu eling lan waspada.
Terakhir, Semar merupakan
simbolisasi seorang kawula alit. Manusia yang selalu bersikap
rendah hati; bersifat jujur, sabar, dan penuh kasih pada sesama, serta
berpenampilan sederhana. Dengan kepribadiannya itu, manusia akan menjadi kawula ajiwa bathara. Manusia yang akan
pro aktif turut hamemayu hayuning bawana.
Menjaga alam semesta dari kehancuran yang diakibatkan oleh kerakusan manusia.
Seusai menyimak
tiga ajaran simbolik dari Kaki Semar, para peziarah akan semakin paham bahwa
Gunung Srandil bukan tempat untuk mencari pesugihan atau sekadar berwisata,
melainkan sebagai padepokan alam. Tempat para peziarah untuk dapat memperoleh
pengetahuan yang bersumber dari ajaran Jawa. Pengetahuan yang dapat memberikan pencerahan
jiwa.
Sri Wintala Achmad,
Cilacap, Jawa Tengah
Sumber foto:
https://id.wikipedia.org/wiki/Semar
https://id.wikipedia.org/wiki/Semar
http://www.lokasiku.web.id/index.php/id/ads/5574825976f88/Rekreasi/Gunung-Srandil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar