Entri yang Diunggulkan

INDONESIAN POEM BY BAMBANG DARTO

THE EARLY EVENING When raining the clock is damaged and the sun is dark the day has no wind when the thunder burglarizes chest my he...

Selasa, 08 Desember 2015

SASTRA



PENGENALAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
DI LINGKUP ANAK-ANAK
Oleh: Sri Wintala Achmad


Banyak orang tua Jawa mengeluhkan tentang anak-anaknya yang tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar. Baik, secara tutur kata dan etika di dalam mengomunikasikan dengan lawan bicaranya. Benar, secara tata bahasa yang telah dibakukan oleh para leluhur (pewaris) bahasa Jawa tersebut.
Dalam hal ini, seyogyanya kita tidak segera menyalahkan pihak orang tua, sekolah, atau terlebih anak-anak itu sendiri. Akan tetapi, introspeksi diri merupakan salah satu langkah bijak di dalam membimbing anak-anak untuk gemar menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi yang baik dan benar.
Terdapat dua langkah cerdas yang harus ditempuh oleh pihak orang tua di dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak untuk gemar menggunakan bahasa Jawa, yakni: pertama, orang tua seyogyanya tidak teramat bangga untuk mengenalkan bahasa Indonesia semata kepada anak-anak yang hidup di lingkup masyarakat Jawa. Bahasa kedua yang seharusnya diajarkan sesudah anak-anak menguasai bahasa daerahnya.
Kedua, orang tua seyogyanya menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar di dalam mengenalkan bahasa leluhurnya itu kepada anak-anak. Kalau langkah ini tidak ditempuh, maka jangan disalahkan apabila anak-anak akan menjadi generasi penerus yang asing dengan bahasa warisannya sendiri.
Di dalam membimbing anak-anak untuk gemar menggunakan bahasa Jawa seharusnya tidak menunggu mereka sampai dewasa. Bimbingan tersebut hendaklah mulai diberikan sejak anak-anak berusia antara 0-3 tahun. Karena menurut Masaru Ibuka dalam bukunya ‘Kindergarten is Too Late’, bahwa sel-sel otak manusia mulai berkembang 80 % selama tiga tahun pertama pasca kelahirannya. Pada usia ini, anak-anak memiliki daya serap cukup tinggi atas stimulasi dari luar.
Di samping orang tua, lembaga pendidikan formal (sekolah) memiliki peran penting di dalam mengembangkan kemampuan anak-anak di dalam berbahasa Jawa yang mengarah pada pengenalan sastra Jawa baik meliputi apresiasi dan penciptaan. Lebih jauh, upaya ini tidak akan mengalami kendala berarti apabila orang tua telah memberikan pembekalan cukup terhadap pengetahuan berbahasa Jawa.
Pengenalan sastra Jawa kepada anak-anak yang dilakukan oleh pihak sekolah seharusnya ditangani oleh tenaga-tenaga ahli, semisal: sastrawan dan ahli sastra Jawa. Sehingga upaya tersebut dapat memberikan kemampauan bagi anak-anak yang mencakup teknik dan praktik penciptaan karya sastra Jawa, seperti geguritan atau cerkak (cerita cekak) sederhana.
Berdasarkan pandangan Ibuka, di mana anak-anak berusia 0-3 tahun memiliki daya serap tinggi atas stimulasi dari luar, maka upaya pengenalan sastra Jawa dapat dimulai sejak mereka duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK). Tidak perlu menunggu mereka duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Meskipun demikian hal yang perlu diperhatikan, bahwa upaya tersebut harus diselaraskan dengan pengetahuan empirik anak-anak yang meliputi: pengalaman bermain dengan kawan-kawan sebayanya, mengunjungi taman pintar atau tempat-tempat wisata, dll.
Guna menopang upaya pengenalan sastra Jawa, maka pihak pembimbing perlu memberikan motivasi kepada anak-anak untuk bernyali mengirimkan karya-karyanya di media massa berbahasa Jawa. Lebih lanjut, pihak sekolah harus memberikan penghargaan kepada mereka yang karya-karyanya dimuat. Penghargaan tersebut akan memberikan rasa bangga yang akan memicu keberhasilan anak-anak di dalam memelajari ilmu-pengetahuan lainnya.
Apabila pengenalan bahasa dan sastra Jawa kepada anak-anak telah dilakukan oleh pihak orang tua dan sekolah, maka bahasa dan sastra Jawa akan mengalami kegairahan kehidupannya kembali. Banyak ahli bahasa dan sastrawan Jawa akan dilahirkan. Alhasil, media berbahasa Jawa yang semakin mengalami keterpurukan nasibnya akan mengalami kebangkitannya.
Ditandaskan bahwa persepsi mengenai pengenalan bahasa dan sastra Jawa di lingkup anak-anak dapat dijadikan permenungan bersama. Langkah ini lebih baik ketimbang keluhan orang tua yang mengklam bahwa generasi sekarang tidak pecus (gemar) berbahasa, dan terlebih menulis sastra Jawa.

Sri Wintala Achmad
Tinggal di Cilacap, Jawa Tengah

sumber gambar:
http://tembi.net/peristiwa-budaya/parade-pentas-sastra-jawa-mewarnai-ulang-tahun-ke-23-sanggar-sastra-jawa-yogyakarta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar