Entri yang Diunggulkan

INDONESIAN POEM BY BAMBANG DARTO

THE EARLY EVENING When raining the clock is damaged and the sun is dark the day has no wind when the thunder burglarizes chest my he...

Selasa, 08 Desember 2015

SASTRA



MEMBACA KEUNTUNGAN STUDI SASTRA
BAGI GURU, SISWA, DAN SEKOLAH
Oleh: Sri Wintala Achmad

 


Diakui bahwa sastra tidak hanya dapat dijadikan sebagai media rekreasi yang dapat menginspirasi bagi pembacanya, namun pula mampu membentuk kepribadian bagi kreatornya. Dengan melihat kontribusinya, maka sastra layak diajarkan oleh seorang guru yang menguasai bidang tersebut kepada seluruh anak didik di sekolah.
Agar studi sastra di sekolah dapat memenuhi capaian target idealisnya, tentu saja seorang guru tidak sekadar cenderung mengajarkan sejarah sastra yang kurang memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian siswa. Akan tetapi, seorang guru harus mampu mengajarkan bagaimana mencintai, mengapresiasi, mengkritisi, serta menggubah karya sastra baik prosa (novel atau cerpen) maupun puisi.
Apabila seorang guru tidak menguasai keseluruhan cabang studi sastra, maka jangan diharap siswa akan mencintai dan mampu mengapresiasi, mengkritisi, serta menggubah karya sastra yang baik. Dengan demikian, guru tersebut pula tidak dapat menjadikan studi sastra sebagai media di dalam membentuk kepribadian siswa.
Perihal guru yang tidak menguasai keseluruhan cabang studi sastra kiranya telah menjadi problem klasik. Hal ini dikarenakan banyak guru sastra adalah notabene pengajar bahasa Indonesia yang hanya mengajarkan sejarah dan barangkali kritik sastra. Akibatnya pelajaran sastra di sekolah yang cenderung terasa tawar tersebut kurang menarik bagi siswa.
Dikarenakan telah menjadi problem klasik, maka tidak terpenuhinya studi sastra (terutama, kreativitas di bidang karya sastra) bagi para siswa harus mendapatkan solusinya. Salah satu solusi yang dapat diambil, antara lain: pertama, workshop penulisan karya sastra bagi para guru. Dimana pengetahuan yang diperoleh oleh para guru tersebut kemudian dapat diajarkan kepada seluruh siswa. Ke dua, ekstra kurikuler penulisan karya sastra bagi siswa yang hingga saat ini belum disentuh oleh banyak sekolah formal.

Workshop dan Diklat Sastra
            Berangkat dari realitas (keprihatinan) studi sastra di sekolah, pihak-pihak (lembaga) yang bertanggung jawab terhadap persoalan tersebut termotivasi untuk melaksanakan kegiatan workshop penulisan karya sastra bagi para guru. Salah satu lembaga yang telah menunjukkan konsistensinya dalam merealisasikan studi penulisan karya sastra di sekolah adalah Balai Bahasa Jawa Tengah (BBJT). Melalui program workshop penulisan karya sastra bagi para guru Bindo SMP di Cilacap (2014), BBJT berupaya agar para pengajar bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan bahasa Indonesia dan sejarah sastra, namun pula teknik menulis karya sastra yang baik kepada para siswa.
             Perhatian BBJT terhadap pentingnya terhadap pembelajaran karya sastra bagi para siswa yang harus dikuasai oleh para guru layak mendapatkan apresiasi. Terlebih ketika BBJT melanjutkan program tersebut dengan program lanjutan yakni diklat bertajuk Menggauli Sastra dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra yang dilaksanakan pada Kamis-Sabtu (9-11 April 2015) di pendapa Kabupaten Cilacap. Suatu program yang diikuti oleh 120 guru dan disertai beberapa program kesusastraan lainnya, yakni: Launching Antologi Puisi ‘Merengkuh Angan’ karya para guru Bindo SMP terbitan BBJT dan Antologi Puisi Bilingual Spring Fiesta karya penyair 9 negara (Indonesia, Hongkong, Singapura, Malaysia, Pakistan, India, Arizona, Serbia, dan Canada) terbitan Araska Publisher & Indonesian and English Poetry Group oleh Tatto Suwarto Pamudji (Bupati Cilacap); Musikalisasi Puisi oleh siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Sidareja (Cilacap), dan Baca Puisi oleh penyair Yogyakarta, Purwokerto, dan Cilacap (Bambang Darto, Daru Maheldaswara, Budhi Wiryawan, Syam Chandra Mantiek, Wadie Maharief, Wanto Tirta, Lili Kuswanti, dll).

Ekstra Kurikuler Sastra      
Disadari bahwa apa yang dilakukan BBJT di dalam memberikan pembekalan pengetahuan penulisan karya sastra bagi para guru tidak akan membuahkan hasil maksimal bila tidak diamalkan. Pengertian lain, siswa tidak akan mendapatkan pengetahuan tentang penulisan karya sastra bila para guru tidak mengajarkannya di luar kurikulum yang ditetapkan. Dari sini, sekolah harus tanggap yakni membuka ekstra kurikuler penulisan sastra bagi siswa. Setara dengan ekstra kurikuler teater, seni rupa, tari, musik, dll.
            Apabila para guru yang telah mendapatkan pembekalan pengetahuan penulisan sastra belum sanggup mengajarkan kepada siswa tentang menulis karya sastra yang baik, maka tidak ada salahnya sekolah melibatkan sastrawan sebagai pengajar ekstra kurikuler sastra. Sehingga hasil yang dicapai dari kegiatan tersebut akan lebih dapat dirasakan oleh siswa.
            Hasil positif lain yang akan dituai dari ekstra kurikuler sastra tidak hanya menjadikan siswa gemar menulis karya sastra; namun pula dapat membantu siswa di dalam membentuk kepribadian, mencerdaskan logika dan imajinasi, serta memperluas wawasannya. Dikarenakan, seorang penulis karya sastra akan senantiasa gemar membaca berbagai buku yang akan memberikan kontribusi di dalam mendapatkan ide-ide kreatifnya.
            Disamping itu, ekstra kurikuler sastra akan memberikan pembekalan pada siswa untuk menjadi kreator sastra yang karya-karyanya akan dipublikasikan oleh harian, mingguan, tabloid, majalah, atau penerbit buku. Dengan demikian, sekolah dimana siswa itu tinggal turut mendapatkan nama harumnya. Mengingat siswa yang karya-karyanya dimuat di media niscaya mencantumkan nama sekolahnya. Keuntungan lain, ekstra kurikuler sastra pula akan memberikan pembekalan pada siswa yang berminat menjadi sastrawan. Salah satu profesi di masa modern ini dapat dijadikan sebagai bekal hidup di dalam menopang kebutuhan ekonomisnya di masa mendatang. Semoga harapan ini bukan isapan jempol belaka!

Sri Wintala Achmad
Pecinta sastra
Tinggal di Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar